Minggu, 22 Februari 2015

1

     Bunyi pintu tua itu berderit saat aku membukanya. Membuat seisi kelas menatapku. Tatapannya seakan ingin menerkamku. Sial! Kenapa pintu ini harus berderit keras?
"Kau tahu ini pukul berapa, Ms.Georgia?"
"Oh, tentu, Mam, pukul 08.05"
"Kau tahu apa artinya itu?"
"Ya, hari pertama sekolahku sebagai murid baru hancur karena 5 menit waktuku yang terlambat"
Mrs.Hillary hanya tersenyum menatapku. Sekilas aku melihat laki-laki di pojok sana tersenyum melihatku. Entahlah, ku rasa dia tersenyum mendengar jawabanku seperti itu.
"Baiklah, silahkan duduk" Aku pun menduduki bangku yang masih kosong.
     Ya, ini hari pertamaku bersekolah di Middle West High School. Aku pindah karena orang tuaku akan bertugas di sini selama 3 tahun. Ya, aku meninggalkan kotaku California menuju Midwest. Entahlah, aku tak begitu menyukai kota ini. Terlihat begitu flat, datar, tidak seperti di California. Bahkan aku berani bertaruh anak-anak di sekolah ini akan membosankan.


     "Jadi, bagaimana hari pertamamu, Blaire?" tanya ibuku sambil mencuci piring di dapur. Akupun menjatuhkan diriku ke bangku ruang makan lalu mengambil apel.
"Seperti yang kuduga, tidak ada yang spesial. Justru aku terlambat 5 menit di hari pertamaku dan seisi kelas menatapku seakan mereka akan memakanku, kau tahu?" akupun memakan apel dengan sedikit jengkel
"Oh, sayang... kau hanya belum bisa menerima semua hal baru di sini. Bukalah hati dan pikiranmu, dan kau akan menyadari bahwa di sinilah tempatmu sesungguhnya" iapun tersenyum. Lihat, tak ada yang memiliki senyum seindah ibuku (termasuk aku sendiri).
"Huft, aku lelah, aku ingin istirahat dulu" akupun segera membawa tasku dan diriku ke kamar.
BRUKK!!
"Haahhh" desisku saat aku merebahkan tubuhku ke kasur. Semoga apa yang dikatakan Ibu benar. Akupun menutup mata, dan tertidur panjang.

     "Oh, tidak, jangan biarkan aku terlambat lagi!" Akupun tersentak saat melihat jam menunjukkan pukul 07.40 dan langsung bersiap-siap menuju sekolah.
"Blaire, makananmu!"
"Aku makan di sekolah sajaaa. Daahh, Ibuuu!"
"Anak yang lucu"
Akupun segera berlari menuju sekolahku. Ya, tidak terlalu jauh untukku berlari ke sana. Sesampainya di sana, jamku menunjukkan pukul 07.55.
"Syukurlah aku tidak terlambat" ucapku sedikit tersengal-sengal
"Jadi, sudah tidak terlambat lagi, ya?" suaranya mengagetkanku. Oh, lelaki itu, yang kemarin tersenyum saat mendengar jawabanku.
"Oh, ya, Mike" ucapnya memperkenalkan diri
"Blaire" jawabku singkat. Kamipun mulai berjalan ke kelas.
"Jadi, kau anak pindahan, ya?"
"Ya, begitulah"
"Oh... Tenang saja, kau akan segera menyukai Midwest" diapun tersenyum. Senyumnya tidak berubah.
"Ya, ibuku juga berkata itu"
Tak terasa sudah sampai di kelas. Kelas sudah cukup ramai. Dan aku berharap hari ini ada sedikit peningkatan pada hariku. Ya, semoga.
"Baiklah, istirahat nanti aku akan menemanimu mengelilingi sekolah ini, ..."
"Blaire"
"Oke, Blaire"

     Pelajaranpun dimulai. Sastra. Tidak begitu buruk bagiku. Akupun mulai sedikit menyukai apa yang ada di kelas ini. Ya, aku rasa omongan Ibu maupun Mike ada benarnya.
Bel istirahatpun berbunyi. Mike akan memenuhi janjinya untuk mengajakku berkeliling sekolah ini.
"Baiklah, bagaimana kalau kita ke kantin dulu?" ajaknya
"Oke"
Kamipun berjalan ke kantin. Dia menceritakan apa yang ada di Midwest. Aku hanya mendengarkan sambil sesekali melirik murid lain yang sedang berdiri di depan lokernya. Sesampainya di kantin, akupun mengambil sandwich, jus jeruk, apel, dan kentang goreng. Kulihat Mike mengambil soda, salad, dan apel.
"Hm, vegetarian ya?" tanyaku
"Tidak seperti yang kau lihat. Aku sedang tidak mood untuk makan daging hari ini"
"Kau lucu, bahkan makan dagingpun dengan mood"
"Kau tak akan menemukan yang seperti aku di Midwest, percayalah." Akupun tertawa melihat tingkahnya.
"Baiklah, bagaimana kalau sekarang kita ke taman dan kau lanjutkan ceritamu tentang Midwest sambil memakan makanan kita?" ucapku padanya
"Oh, ide bagus" dia pun segera mengajakku berjalan menuju taman.

     "Jadi begitulah Midwest..." ucapnya sambil memakan suapan terakhir saladnya. Iapun telah menamatkan ceritanya tentang seluruh kota Midwest ini. Di taman hijau yang cukup luas dengan banyak murid yang duduk bersantai juga di sini. Ada yang membaca buku, mendengarkan lagu, berpacaran, bermain, dan lainnya.
"Cukup menarik" kataku kritis, "bagaimana kalau kau bercerita tentang hidupmu?" tanyaku
"Apa kau sedang menggodaku?" tanyanya bercanda
"Oh, Tuhan, tentu tidak. Aku baru berkenalan pagi ini denganmu dan sekarang aku sudah berani menggodamu? Yang benar saja!" kataku sambil memakan kentang gorengku. Diapun mencuri kentang gorengku lalu melahapnya.
"Hidupku? Ku rasa tidak ada yang menarik untuk diceritakan"
"Sungguh? Aku meragukannya" kataku kepadanya, "Kita mulai dari keluargamu"
"Keluargaku? Aku hanya anak pertama dari 2 bersaudara. Adikku bernama Stephen, usianya 11 tahun. Ayahku seorang koki di restoran di pusat kota. Dan Ibuku hanya pekerja bank. Rumahku juga tidak mewah, sederhana, tetapi nyaman" katanya sambil tersenyum, seperti sedang menatap bayang-bayang keluarganya.
"Aku rasa kau memiliki keluarga yang harmonis"
"Terima kasih" iapun menatapku tersenyum. Baru kali ini aku melihat senyumnya dengan lebih dekat. Mata abu-abunya, rambutnya yang coklat keemasan terkena matahari, senyumnya yang membuat dagunya melancip, dan kerutan keningnya. Aku baru menyadari bahwa ternyata dia...... ya, cukup tampan untuk seorang laki-laki SMA.
"Ku rasa kita harus kembali ke kelas." ucapku memecahkan suasana. Aku tak ingin dia menyadari bahwa aku sedang memperhatikannya. Oh, jangan sampai.
"Kau benar, ayo" ajaknya.
Kamipun kembali ke kelas. Rasanya hari ini aku mendapat setitik kecerahan, dan aku yakin titik itu akan berubah menjadi bulatan raksasa yang menghiasi seluruh hidupku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar